Drainase adalah bentuk
saluran yang dipergunakan untuk menanganani masalah air yang berlebihan. Tiga
tugas pokok drainase adalah drainase hujan untuk permukiman, drainase hujan untuk lahan, dan drainase hujan untuk jalan raya.
Perbedaan antara drainase dengan
pengurangan banjir adalah pada teknik yang dipergunakan untuk mengatasi air
yang berlebihan dan pada kenyataan bahwa drainase
menangani air yang belum sampai pada alur-alur sungai besar (Linsley dkk,
1986:222).
Istilah drainase ditujukan untuk pemindahan
kelebihan air untuk mencegah hal yang tidak menyenangkan bagi publik, properti
dan kehidupan. Di dalam area yang belum berkembang drainase terjadi secara
alamiah sebagai bagian dari siklus hidrologi. Secara alami tidak statis tetapi
dapat berubah sesuai lingkungan dan kondisi fisik (Elita, 2007:7). Sistem drainase dapat diklasifikasikan dalam
beberapa kategori yaitu sistem drainase perkotaan, sistem drainase irigasi,
sistem drainase jalan, dan sistem drainase lapangan udara.
Genangan tidak hanya
dialami oleh kawasan perkotaan yang terletak di dataran rendah saja, bahkan
dialami kawasan yang terletak di dataran tinggi. Banjir atau genangan di suatu
kawasan terjadi apabila sistem yang berfungsi untuk menampung genangan itu
tidak mampu menampung debit yang mengalir, hal ini akibat dari tiga kemungkinan
yang terjadi yaitu: kapasitas sistem yang menurun, debit aliran air yang
meningkat, atau kombinasi dari kedua-duanya. Pengertian sistem disini adalah
sistem jaringan drainase di suatu kawasan.
Sedangkan sistem drainase
secara umum dapat didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang berfungsi
untuk mengurangi dan /atau membuang kelebihan air (banjir) dari suatu kawasan
atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara optimal, jadi sistem
drainase adalah rekayasa infrastruktur di suatu kawasan untuk menanggulangi
adanya genangan banjir (Suripin, 2004 dalam Muttaqin, 2006:1). Sistem jaringan drainase di suatu kawasan
sudah semestinya dirancang untuk menanampung debit aliran yang normal, terutama
pada saat musim hujan. Artinya kapasitas saluran drainase sudah diperhitungkan
untuk dapat menampung debit air yang terjadi sehingga kawasan yang dimaksud
tidak mengalami genangan atau banjir. Jika kapasitas sistem saluran drainase
menurun dikarenakan oleh berbagai sebab maka debit yang normal sekalipun tidak
akan bisa ditampung oleh sistem yang ada.
Sedangkan sebab
menurunnya kapasitas sistem antara lain, banyak terdapat endapan, terjadi
kerusakan fisik jaringan, adanya bangunan lain di atas sistem jaringan. Pada waktu-waktu
tertentu saat musim hujan sering terjadi peningkatan debit aliran, atau telah
terjadi peningkatan debit yang dikarenakan oleh berbagai sebab, maka kapasitas
sistem yang ada tidak bisa lagi menampung debit aliran, sehingga mengakibatkan
banjir di suatu kawasan. Sedangkan penyebab meningkatnya debit antara lain,
curah hujan yang tinggi di luar kebiasaan, perubahan tata guna lahan, kerusakan
lingkungan pada Daerah Aliran Sungai ( DAS ) di suatu kawasan. Kemudian jika
suatu perkotaan atau kawasan terjadi penurunan kapasitas sistem sekaligus
terjadi peningkatan debit aliran, maka banjir akan semakin meningkat, baik
frekuensinya, luasannya, kedalamannya, maupun durasinya.
1.Drainasi Jalan Raya
Drainasi
jalan raya menduduki jalur lahan yang panjang dan sempit dan menimbulkan dua
macam masalah drainasi . Air yang
terkumpul di atas jalan (atau diatas lereng lahanyang berdekatan jika jalan itu
terletak dalam galian) haruslah dibuang tanpa harus menimbulkan genangan atau
kerusakan jalan disekitar daerah tersebut. Jalan raya melintasi jalur drainasi
alamiah, sehingga air yang dialirkan jalur ini harus dibawa ke jalur drainasi
alamiah kembali.
Tidak
ada cara yang sepenuhnya memuaskan untuk menhitung debit drainasi silang atau
gorong-gorong dan jembatan. Prosedur
yang sering digunakan adalah metode rasional.
Kesulitan praktisnya adalah memperkirakan kerugian akibat banjir yang
besar yang lebih besar dari pada kapasitas gorong-gorong atau drainasi yang
tersedia.
2.Drainasi Memanjang
Parit-parit
jalan biasanya dibangun dalam bentuk V yang dangkal, karena penampang semacam
ini dapat dipelihara dengan mudah. Tidak membahayakan bagi kendaraan dan
mencegah erosi. Parit itu harus cukup
besar untuk dapat mengalirkan debit air run off pada jalan raya.
Jalan raya yang terletak pada
cekungan ataua terowongan kadang-kadang menimbulkan masalah drainase yang
sulit. Air yang terkumpul dibawah jalan
terowongan kadang-kadang dibuang melalui jalur drainasi alamiah air hujan. Terkadang juga dibutuhkan pompa otomtik jika
air tidak dapat dialirkan secara alamiah.
3.Drainasi Silang
Jalan raya menyilang berbagai jalur
drainasi alamiah maka perlu usaha untuk menyebrangkan atau mengalirkan ke jalur
dranasi sebenarnya. Drainasi silang dilakukan dengan gorong-gorong, jembatan
dan dip. Gorong-gorong dan jembatan menyilangkan jalan raya diatas sungai,
sementara perbedaan dari kedua bangunan itu adalah ukuran. Dip adalah cekungan jalan raya yang
memungkinkan lewatnya aliran dari alur persilangan diatas jalan itu.
4.Kerapatan daerah aliran (drainase)
Merupakan jumlah dari semua saluran
air/sungai (km) dibagi luas DAS (KM2). Dengan kerapatan daerah aliran tinggi,
debit puncak akan tercapai dalam waktu lebih cepat karena semakin tinggi
kerapatan daerah aliran akan semakin besar besar kecepatan air larian untuk CH
yang sama. Indek Kerapatan Sungai dirumuskan dapat
yaitu:
(Dd) = L ( Jumlah
panjang sungai dan anak sungai (km))
A ( Luas DAS (km2))
Kriteria :
Dd < 0.25
= Rendah
Dd 0,25 - 10 = Sedang
Dd 10,0 – 25 = Tinggi
Dd > 25 =
Sangat Tinggi
keterangan:
Rb < 3 = kenaikan muka air banjir cepat, penurunan
lambat.
Rb > 5 = kenaikan muka air banjir cepat,
penurunan cepat.
Rb 3 - 5 = alur sungai mempunyai kenaikan
dan penurunan muka
banjir tidak terlalu cepat dan
tidak lambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar