MAKALAH
PERTANIAN
PEMIKIRAN
GEOGRAFI TENTANG PERTANIAN
DOSEN
PENGAMPU:
1.
Dr.
HARIYANTO, M.Si
2.
DR.
EVA BANOWATI, M.Si
DISUSUN
OLEH:
NAMA: HANDAYANI
NIM : 3250408032
PRODI: GEOGRAFI
JURUSAN
GEOGRAFI
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
TAHUN
2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Menurut
Sutanto ( April 2000 : 36 ) yang didasarkan pada pendapat Haggett, bahwa
Geografi mengkaji terpolanya fenomena geosfer di dalam ruang pada saat
tertentu. Pola tersebut terbentuk berdasarkan struktur spasial dan proses
spasial. Pola tersebut terbentuk berdasarkan struktur spasial dan proses
spasial1. Sedangkan ruang (space) adalah luasan atau daerah di permukaan bumi.
Salah satu kajian dalam geografi adalah
geografi pertanian. Pengertian geografi pertanian di jelaskan oleh Singh dan
Dhilon ( 1984 : 3 ), yaitu bahwa
geografi pertanian merupakan deskripsi tentang seni mengolah tanah dalam
skala luas dengan memperhatikan kondisi lingkungan alam dan manusia. Sedangkan
Ibery (1985) mengungkapkan bahwa geografi pertanian merupakan usaha untuk
menjelaskan mengenai variasi aktivitas pertanian secara spasial pada suatu
wilayah di permukaan bumi. Adapun objek atau tujuan geografi pertanian menurut Singh dan Dhilon (1984 : 7) yaitu :
- Perbedaan macam-macam pertanian yang tersebar di muka bumi dan fungsinya dalam spasial.
- Tipe-tipe pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu, persamaan dan perbedaan dengan daerah lain.
- Menganalisa pelaksanaan sistem pertanian dan proses perubahannya.
- Arah dan isi perubahan dalam pertanian.
- Batas wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil panen atau perusahaan pertanian.
- Menghitung dan menguji tingkat perbedaan antara wilayah.
- Identifikasi wilayah yang produktivitas pertaniannya lemah
- Mengungkap wilayah pertanian yang stagnasi, transisi, dan dinamis.
Pertanian sebagai suatu sistem keruangan
merupakan perpaduan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan
antara manusia dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
- Hubungan antara lingkungan fisik dan pelaksanaan pertanian atau perlengkapan pertanian.
- Hubungan antara penyrbaran, kepadatan atau karakteristik penduduk dan wilayah pertanian yang tersedia atau aktivitasnya.
- Hubungan antara sosio-ekonomi atau kultural ekologi dan penggunaan lahan pertanian dan pola produktivitas.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan
Sistem Pertanian di Indonesia
Pertanian merupakan aktivitas ekonomi
yang utama dan terbesar di Indonesia.
Penerapan sistem pertanian pada masa orde baru dilakukan dengan
pencanangan Revolusi Hijau. Adanya dampak negatif dari penerapan revolusi Hijau
tersebut, maka para ahli/pakar mulai memikirkan solusi lain untuk mengganti
Sistem Pertanian Revolusi Hijau tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya konsep
pembangunan berkelanjutan. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan dalam
bidang pertanian yaitu adanya ‘Agenda 21 Indonesia’. Yang memuat tentang
Pengembangan Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan. Sehingga kemudian berkembang
sistem pertanian organik yang dikembangkan oleh sebagian petani.
Secara umum Revolusi Hijau merupakan
peralihan dari metode pertanian tradisional menjadi teknologi pertanian modern.
Peralihan tersebut terutama dalam penggunaan dalam fertilizer , irigasi dan
perbaikan bibit secara genetical. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan hasil
pertanian di daerah yang penghasil pangannya masih rendah, terutama di
negara-negara berkembang yang dimulai tahun 60-an. Pada akhirnya Revolusi Hijau
menghantarkan Indonesia sebagai negara swasembada beras dan tidak lagi sebagai
negara pengimpor beras terbesar dengan pangsa produksi yaitu sebesar 38,138
juta ton GKG (Gabah Kering Giling)/23,44 juta ton beras dengan tingkat
produktivitas rata-rata 2,66 ton/ha.
Berdasarkan uraian Rigg (62-63) terdapat
dua isu kritik terhadap pelaksanaan Revolusi Hijau, yaitu isu yang berkaitan
dengan kerusakan ekologi dan isu yang berkaitan dengan adanya kesenjangan
antara petani kaya dan petani miskin dalam penguasaan teknologi, termasuk hasil
produksi dan pendapatannya. Berdasarkan pada pendapat Rigg tersebut, maka
dampak negatif Revolusi Hijau dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai
berikut :
Dampak
Negatif Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi
Kehidupan
petani menjadi terombang-ambing dan tidak berdaya karena fluktuasi-fluktuasi
harga
pasar, terutama harga hasil panen dan saprodi.
Dampak Terhadap Kondisi Ekologis
Penggunaan
bibit unggul, pupuk obat-obatan kimia secara over dosis akan menyebabkan adanya
dampak negatif terhadap kondisi ekologis atau terjadinya kerawanan ekologis.
Pada sistem pertanian modern juga cenderung mempraktekkan pola monokultur. Di satu sisi praktek tersebut meningkatkan produksi komoditas tertentu, akan tetapi di sisi komoditas alternatif yang sekitarnya dapat diproduksi menjadi nihil. Pertanian organic merupakan alternative
kerena dianggap ekonomis , ekologis, dan lebih banyak memberikan nutrisi. Lebih
ekonomis karena semakinj mahalnya sarana dan prasarana pertanian konvensional
(seperti harga pupuk kimia, bibit unggul dan lainnya). Pertanian organic lebih
menjaga ekologis karena tidak terdapat limbah unsure-unsur kimia yamg mencemari
lingkungan. Pertanian organic juga lebih banyak mengandung nutrisi, karena
berdasarkan hasil penelitian, makanan yang bersal dari tanaman yang dikelola
secara alami ternyata lebih banyak mengandung nutrisi.
2.2.Pemanfaatan Sistem
Informasi Geografi (SIG).
Pemanfaat Sistem Informasi Geografi
(SIG) pada era globalisasi sudah menggunakan data citra. Dengan melakukan
identifikasi pada suatu lokasi dapat memperoleh data berupa variabel yang cocok
yang digunakan dalam pertanian antara lain:
- Jenis tanah
- Curah hujan
- Jenis batuan
- Kemiringan lereng
- Suhu udara
- Kelembaban udara
- Aliran air
- pH tanah
- Kesuburan tanah
- Iklim
- Tenaga kerja
- Aksebilitas
- Jaringan infrastruktur
- Daerah pemasaran
Pada tiap variabel
memiliki parameter yang berbeda-beda pada jenis tanaman pertanian, contoh taman
magrove hanya bisa ditanami pada daerah pantai sementara teh hanya bisa
ditanami pada daerah pegunungan. Dari dua contoh taman jelas berbeda parameter
dalam variabel penanamannya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik
jenis tanaman, jenis tanah, topografi,
ph tanah, suhu udara dan curah hujan.
Peran serta SIG dalam
pertanian adalah analisa kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian. Perolehan kesesuaian lahan dari hasil
analisis overlay pada data citra tiap parameter dari variabel yang telah
tersedia. Alur pemanfaatan Sistem Informasi Geografi yaitu:
1. Satuan
Bentuk Lahan Mayor terdiri beberapa bentuk lahan kemudian disederhanakan dengan
proses seperti di gambar 1.
Gambar 1. Tahap
awal
2. Setelah
penyerderhanaan terhadap Satuan Bentuk Lahan Mayor menjadi Terapan Pertanian
dan Terapan Non Pertanian. Langkah berikutnya terlihat pada gambar 2.
Gamba 2. Tahap Proses
3. Dari
hasil Analisis Potensi Wilayah dapat ditemukan klasifikasi Kemampuan Lahan yang
dapat diolah sesuai Potensi Dan Kesesuaian Lahan yang dilihat dari gambar 3.
Gambar 3. Tahap Akhir
Setelah
hasil overlay dan survey lapangan dilakukan maka didapatkan suatu lokasi yang
cocok untuk dikembangkannya industri pertanian modern. Baik dari segi keuntungan
dan kerugian dapat kemukakan sehingga bisa mengembangkan bisnis pertanian
dengan modal yang secukupnya dan meminimalisasi resiko yang akan ditanggung
oleh petani. Pertanian modern yang ramah lingkungan dan bersifat organik kini
sedang dikembangkan.
Gambar 4. Pertanian yang dikembangkan
Gambar 5. Pertanian Organik
Pertanian
Organik maupun Hidroponik sekarang mulai banyak peminat karena bebas dari bahan
kimia yang diperoleh dari peptisida, pupuk Urea dan bahan kimia lainnya.
Pemakaian bahan-bahan tersebut dapat menghilngkan unsur hara alami tanah
sehingga tanah menjadi tandus.
BAB
III
KESIMPULAN
Dari
hasil pemaparan pada Bab I dan Bab II dapat diambil kesimpulan bahwa dengan
menggabungkan antara Ilmu pertanian, Ilmu geografi dan SIG maka akan memperoleh
informasi berupa:
- Dapat mengetahui Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan yang menjadi dasar pengembangan Pertanian Modern di Indonesia dengan menggunakan Aplikasi SIG Untuk Tanaman Pertanian Varietas Bibit Unggul.
- Dapat menentukan lokasi yang tepat untuk membudidayakan tanaman pertanian dengan varietas bibit unggula.
- Dapat memaksimalkan modal yang ada untuk mengembangkan industri pangan pertanian modern.
- Dapat meminimalisasi resiko yang timbul jika mengalami masalah dalam pengembangan pada suatu lokasi / lahan pertanian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar