Jumat, 08 Maret 2013

SISTEMATIKA PROPOSAL SISKRIPSI


DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
Gedung C1 Kampus Sekaran,Gunungpati, Semarang 50299
Telepon: 0294 – 8508011
Laman: http://fis.unnes.ac.id email: geografi.unnes@gmail.com
 

PROPOSAL SKRIPSI
NAMA       :  
NIM           :   
PRODI       :  
I.              JUDUL SKRIPSI
II.           LATAR BELAKANG
III.        RUMUSAN MASALAH
IV.         TUJUAN  PENELITIAN
V.           MANFAAT PENELITIAN
VI.        PENEGASAN ISTILAH
VII.     LANDASAN TEORI
VIII.   METODE PENELITIAN
1.        Lokasi Penelitian
2.        Obyek Penelitian
3.        Data Penelitian
4.        Alat  Penelitian
5.        Variabel Penelitian
6.        Metode Pengumpulan Data
7.        Metode  Analisis
8.        Kerangka Pengolahan Data
9.        Penelitian Terdahulu
DAFTAR PUSTAKA

 

RUN OFF



Air aliran permukaan atau run off  adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas perkaan tanah yang menuju ke sungai, danau dan lautan. Sebagian dari air tidak sempat meresap ke dalam tanah dan oleh karena itu mengalir menuju kedaerah yang lebih rendah. Ada pula air yang telah masuk kedalam tanah kemudian keluar lagi karena tanah telah jenuh terhadap air dan mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Bagian yang terpenting dalam membangun pengendalian run off adalah besar debit puncak (peak flow), waktu tercapainya debit puncak, volume dan penyebaran air larian. Sebelum air hujan mengalir diatas permukaan tanah, curah hujan terlebih dahulu harus memenuhi keperluan air untuk evaporasi, intersepsi, infiltrasi, surface desenation, dan bentuk penampungan air lainnya (Asdak. 2007:253).
Debit aliran merupakan komponen yang paling diperhatikan dalam analisis banjir. Pada sebagian besar studi hidrograf analisis tidak dilakukan dengan melakukan pemisahan seperti diatas tetapi analisis dilakukan dengan memisahkan aliran cepat (Quickflow) dan aliran lambat (baseflow): aliran air pada musim kemarau ketika tidak ada curah hujan yang ikut membentuk debit aliran.
1.1.   Faktor-faktor Run Off
Berikut ini adalah faktor-faktor penentu air larian yang sering terjadi pada saat musim hujan:
1.      Intensitas Hujan
Hujan dengan intensitas tinggi akan mampu mengisi kapasitas infiltrasi lebih besar dibandingkan hujan dengan intensitas rendah.
2.      Luas DAS
Semakin besar luas DAS maka semakin besar CH yang diterima tetapi beda waktu antara puncak hidrograf dan puncak curah hujan menjadi lebih lama.
3.      Kemiringan lereng DAS
Semakin besar kemiringan lereng, semakin cepat laju air larian dan mempercepat respon DAS terhadap CH. Berikut ini tabel Kemiringan Lereng.
Tabel 1. Kemiringan lereng berdasarkan IPL
No
Kemiringan
Keterangan
1
0 – 3%
Datar
2
3 – 8%
Landai
3
8 – 15%
Miring
4
15 - 40%
Terjal
5
≥ 40%
Sangat terjal
Sumber:  Tjahjono, 2008:14.
4.      Kerapatan daerah aliran (drainase)
Merupakan jumlah dari semua saluran air/sungai (km) dibagi luas DAS (km²). Dengan kerapatan daerah aliran tinggi, debit puncak akan tercapai dalam waktu lebih cepat karena semakin tinggi kerapatan daerah aliran akan semakin besar besar kecepatan air larian untuk CH yang sama. Indek Kerapatan Sungai   dirumuskan dapat yaitu:
  (Dd)  =  L ( Jumlah panjang sungai dan anak sungai (km))
A ( Luas DAS (km²))
Kriteria :
Dd   < 0.25    =  Rendah
Dd 0,25 - 10  =  Sedang
Dd 10,0 – 25 =  Tinggi
Dd     > 25     =  Sangat Tinggi
Keterangan:
Rb < 3 =  kenaikan muka air banjir cepat, penurunan lambat.
Rb > 5 =  kenaikan muka air banjir cepat, penurunan  cepat.
Rb 3-5 =  alur sungai mempunyai kenaikan dan penurunan muka
    banjir tidak terlalu cepat dan tidak lambat.
1.2.Faktor Distribusi Run Off
Ada juga beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi run off pada musim hujan antara lain
1.    Faktor Meteorologi
a.    Faktor Presipitasi: tipe, intensitas, durasi, distribusi
b.   Faktor Cuaca      : suhu, kelembaban, angin, keasaman
2.    Faktor DAS
a.    Topografi    : bentuk, lereng, aspek DAS
b.   Geologi       : Struktur batuan
c.    Jenis tanah  : struktur dan tekstur
d.   Vegetasi/liputan lahan
e.    Jaringan sungai
3.    Faktor Manusia
a.    Bangunan air
b.   Teknik pertanian/pengolahan sawah
c.    Urbanisasi
d.   Penggunaan lahan 

KAPASITAS SALURAN MAKSIMUM


 Penentuan Kapasitas Saluran Maksimum (Slope Area Methods Rumus Manning)
Tujuan uatama dari pengukuran debit metode ini adalah untuk mendapatkan data debit puncak banjir. Debit puncak banjir adalah debit terbesar selama periode banjir yang terjadi pada saat tinggi muka air mencapai titik maksimum (Soewarno,1991:348).  Debit maksimum saluran ini diperoleh melalui menghitung kecepatan aliran yang melalui saluran drainase dan luas area yang dilalui oleh run off.
Kecepatan aliran yang melewati sungai dan saluran drainase dihitung menggunakan rumus Manning yaitu Q = A x V
            Keterangan :
Q = Debit Maksimum Saluran (m³/dt),
A = Luas Penampang Saluran (m²), dan
V = Kecepatan Aliran (m/dt).
4.1.   Luas Penampang Saluran (A)
Memperkirakan besar angka A diperlukan survey disepanjang sungai atau drainase air yang diteliti. Patokan panjang sungai/drainase air yang memadahi untuk tempat pengukuran debit diupayakan mempunyai badan sungai yang mempunyai keseragaman karakteristik.
Perkiraan besarnya debit dengan pendekatan sloppe-area method akan memberikan hasil yang memadahi apabila pemilihan badan air yang akan diperkirakan kecepatan airnya memiliki aliran yang hampir seragam.  Lebar dan kedalaman aliran, kecepatan aliran air, keadaan dasar sungai, dan kemiringan dasar permukaan sungai/drainase air relatif seragam tidak mengalami perubahan secara mencolok.
4.2.Kecepatan Aliran Rata-Rata (V)
Kecepatan aliran rata-rata adalah kecepatan aliran run off ketika melintasi run off.  Kapasitas drainasi dapat menampung run off pada kecematan maksimal dan pada debit curah hujan maksimal pula. Kecepatan aliran rata-rata dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
V   =    1/n  A  R 2/3   S 1/2


Keterangan:
A   =    luas penampang basah.
S   =     slope atau kemiringan permukaan aliran air dan permukaan
dasar sungai.
R  =     Radius Hidrolik meruapakan perbandingan antara luas
penampang basah (A) dan parimeter basah  (p) atau dapat
ditulis dengan rumus R= luas penampang basah (A)
parimater basah (p)
n    =    Tatapan kekasaran meaning  n = n + n + n + n + n + n
Tabel. Kekasaran menurut Manning menurut  Cowan
Keadaan Saluran
Harga n
Material dasar
tanah
batu pecah
kerikil halus
kerikil kasar

n
0.020
0.025
0.024
0.028
Tingkat ketidak seragaman saluran
sangat kecil
sedikit lus
sedang
besar

n
0.000
0.005
0.010
0.020
Variasi penampang melintang saluran
lambat laun
kadang berubah
sering berubah

n
0.000
0.005
0.010-0.015
Pengaruh adanya bangunan dan penyempitan penampang melintang
diabaikan
agak berpengaruh
cukup berpengaruh
sangat berpengaruh


n
0.000
0.015
0.020-0.030
0.040-0.080
Tanaman atau tumbuhan
rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi

n
0.005-0.010
0.010-0.025
0.025-0.050
0.050-0.100
Tingkat meander
kecil
sedang
banyak/besar

n
1.000
1.150
1,300
                   Sumber: Asdak,.
Tabel. Kekasaran manning menurut ``n`` menurut Gray
Tipe
Saluran
Minimum
Rata-rata
Maksimum
Saluran buatan
1.      Tanah liar, lurus, bersih
2.      Tanah liat berumput, beberapa tumbuhan bawah
Saluran alam
1.      Tanpa vegetasi, dasar saluran berkerikil
2.      Dasar berumput,bertumbuhan bawah
Daerah banjir
1.      Padang rumput, tanpa tumbuhan bawah
2.      Bertumbuhan bawah beberapa tanaman semak
3.      Saluran lurus, bervegetasi

0.016
0.025


0.030

0.050


0.025

0.035

0.110

0.018
0.030


0.040

0.070


0.030

0.050

0.150

0.020
0.030


0.050

0.080


0.035

0.070

0.200
               Sumber: Asdak,.