Kamis, 28 Juni 2012

BENTUK LAHAN MARINE




Geomorfologi asal marine merupakan bentuk lahan yang terdapat di sepanjang pantai. Proses perkembangan daerah pantai itu sendiri sangat dipengaruhi oleh kedalaman laut. Semakin dangkal laut maka akan semakin mempermudah terjadinya bentang alam daerah pantai, dan semakin dalam laut maka akan memperlambat proses terjadinya bentang alam di daerah pantai. Selain dipengaruhi oleh kedalaman laut, perkembangan bentang lahan daerah pantai juga dipengaruhi oleh:
  1. Struktur, tekstur, dan komposisi batuan.
  2. Keadaan bentang alam atau relief dari daerah pantai atau daerah di daerah sekitar pantai tersebut.
  3. Proses geomorfologi yang terjadi di daerah pantai tersebut yang disebabkan oleh tenaga dari luar, misalnya yang disebabkan oleh angin, air, es, gelombang, dan arus laut.
  4. Proses geologi yang berasal dari dalam bumi yang mempengaruhi keadaan bentang alam di permukaan bumi daerah pantai, misalnya tenaga vulkanisme, diastrofisme, pelipatan, patahan, dan sebagainya.
  5. Kegiatan gelombang, arus laut, pasang naik dan pasang surut, serta kegiatan organisme yang ada di laut.



Di Indonesia, pantai yang ada pada umumnya dialih fungsikan sebagai tempat wisata yang notabene dapat membantu tingkat pendapatan suatu wilayah. Apabila masyarakat mengetahui bahwa garis pantai bisa mengalami perubahan, maka akan muncul pemikiran-pemikiran agar pantai tersebut tetap bisa dinikmati keindahannya meskipun sudah mengalami perubahan.

Aktifitas marine yang utama adalah abrasi, sedimentasi, pasang-surut, dan pertemuan terumbu karang. Bentuk lahan yang dihasilkan oleh aktifitas marine berada di kawasan pesisir yang terhampar sejajar garis pantai. Pengaruh marine dapat mencapai puluhan kilometer kearah darat, tetapi terkadang hanya beberapa ratus meter saja. Sejauh mana efektifitas proses abrasi, sedimentasi, dan pertumbuhan terumbu pada pesisir ini, tergantung dari kondisi pesisirnya.

Proses lain yang sering mempengaruhi kawasan pesisir lainnya, misalnya : tektonik masa lalu, berupa gunung api, perubahan muka air laut (transgresi/regresi) dan litologi penyusun. Berikut ini adalah macam bentang lahan yang terbentuk adanya bentuk lahan marine:
1.      Gisik
a.      Relief               :  berombak
b.      Batuan/struktur:  pasir lepas
c.       Proses            :  sedimenrasi, deposisi, abrasi
d.      Karakteristik   :  pasir lepas, berombak, dipengaruhi pasang surut



2.      Beting gisik
a.         Relief               :  berombak
b.         Batuan/struktur:  pasir lepas
c.         Proses             :  sedimenrasi, deposisi, abrasi
d.         Karakteristik   :  sejajar garis pantai, materi pasir lepas, beromabak.



3.      Clief
a.         Relief               :  terjal dan berbukit
b.         Batuan/struktur:  batuan dasar
c.         Proses             :  abrasi dan tektonik
d.         Karakteristik   :  tebing terjal ditepi pantai



4.      Dataran Abrasi
a.      Relief                :  datar
b.      Batuan/struktur :  batuan sedimen
c.       Proses             :  abrasi dan angin
d.      Karakteristik    :  dataran ditepi pantai



5.      Rataan Pasang Surut
a.      Relief               :  datar
b.      Batuan/struktur:  batuan sedimen
c.       Proses             :  abrasi dan angin
d.      Karakteristik   :  dataran ditepi pantai



6.      Rataan Lumpur
a.      Relief               :  datar
b.      Batuan/struktur:  batuan sedimen
c.       Proses            :  abrasi, denudasional,
d.      Karakteristik   :  dataran ditepi pantai



7.      Rawa Payau
a.      Relief               :  datar
b.      Batuan/struktur:  batuan sedimen
c.       Proses             :  abrasi dan denudasional
d.      Karakteristik   :  dataran ditepi pantai, air campuran asin dan tawar



8.      Rataan Terumbu
a.      Relief               :  datar
b.      Batuan/struktur:  batuan dasar
c.       Proses             :  abrasi dan tektonik
d.      Karakteristik   :  dataran ditepi pantai



9.      Dataran Aluvial Pantai
a.      Relief               :  datar
b.      Batuan/struktur:  batuan vulkan, batuan sedimen, batuan beku
c.       Proses             :  abrasi dan tektonik
d.      Karakteristik    :  dataran ditepi pantai



PENAMPAKAN PADA CITRA SATELIT


New My Picture



Kamis, 21 Juni 2012

PERTANIAN MODERN

 MAKALAH
PERTANIAN

PEMIKIRAN GEOGRAFI TENTANG PERTANIAN

DOSEN PENGAMPU:
                1.    Dr. HARIYANTO, M.Si
                2.    DR. EVA BANOWATI, M.Si

 

DISUSUN OLEH:
                NAMA:    HANDAYANI
                NIM    :    3250408032
                PRODI:   GEOGRAFI


JURUSAN GEOGRAFI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2012



BAB I
PENDAHULUAN


Menurut  Sutanto ( April 2000 : 36 ) yang didasarkan pada pendapat Haggett, bahwa Geografi mengkaji terpolanya fenomena geosfer di dalam ruang pada saat tertentu. Pola tersebut terbentuk berdasarkan struktur spasial dan proses spasial. Pola tersebut terbentuk berdasarkan struktur spasial dan proses spasial1. Sedangkan ruang (space) adalah luasan atau daerah di permukaan bumi.

Salah satu kajian dalam geografi adalah geografi pertanian. Pengertian geografi pertanian di jelaskan oleh Singh dan Dhilon ( 1984 : 3 ), yaitu bahwa  geografi pertanian merupakan deskripsi tentang seni mengolah tanah dalam skala luas dengan memperhatikan kondisi lingkungan alam dan manusia. Sedangkan Ibery (1985) mengungkapkan bahwa geografi pertanian merupakan usaha untuk menjelaskan mengenai variasi aktivitas pertanian secara spasial pada suatu wilayah di permukaan bumi. Adapun objek atau tujuan geografi pertanian  menurut Singh dan Dhilon (1984 : 7) yaitu :
  1. Perbedaan macam-macam pertanian yang tersebar di muka bumi dan fungsinya dalam spasial.
  2. Tipe-tipe pertanian yang dikembangkan di daerah tertentu, persamaan dan perbedaan dengan daerah lain.
  3. Menganalisa pelaksanaan sistem pertanian dan proses perubahannya.
  4. Arah dan isi perubahan dalam pertanian.
  5. Batas wilayah-wilayah produksi hasil panen dan kombinasi hasil panen atau perusahaan pertanian.
  6. Menghitung dan menguji tingkat perbedaan antara wilayah.
  7. Identifikasi wilayah yang produktivitas pertaniannya lemah
  8.  Mengungkap wilayah pertanian yang stagnasi, transisi, dan dinamis.


Pertanian sebagai suatu sistem keruangan merupakan perpaduan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Hubungan antara manusia dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
  1. Hubungan antara lingkungan fisik dan pelaksanaan pertanian atau perlengkapan pertanian.
  2. Hubungan antara penyrbaran, kepadatan atau karakteristik penduduk dan wilayah pertanian yang tersedia atau aktivitasnya.
  3. Hubungan antara sosio-ekonomi atau kultural ekologi dan penggunaan lahan pertanian dan pola produktivitas.


BAB II
PEMBAHASAN


2.1. Perkembangan Sistem Pertanian di Indonesia

Pertanian merupakan aktivitas ekonomi yang utama dan terbesar di Indonesia.  Penerapan sistem pertanian pada masa orde baru dilakukan dengan pencanangan Revolusi Hijau. Adanya dampak negatif dari penerapan revolusi Hijau tersebut, maka para ahli/pakar mulai memikirkan solusi lain untuk mengganti Sistem Pertanian Revolusi Hijau tersebut. Hal ini ditandai dengan adanya konsep pembangunan berkelanjutan. Salah satu konsep pembangunan berkelanjutan dalam bidang pertanian yaitu adanya ‘Agenda 21 Indonesia’. Yang memuat tentang Pengembangan Pertanian dan Pedesaan Berkelanjutan. Sehingga kemudian berkembang sistem pertanian organik yang dikembangkan oleh sebagian petani.

Secara umum Revolusi Hijau merupakan peralihan dari metode pertanian tradisional menjadi teknologi pertanian modern. Peralihan tersebut terutama dalam penggunaan dalam fertilizer , irigasi dan perbaikan bibit secara genetical. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan hasil pertanian di daerah yang penghasil pangannya masih rendah, terutama di negara-negara berkembang yang dimulai tahun 60-an. Pada akhirnya Revolusi Hijau menghantarkan Indonesia sebagai negara swasembada beras dan tidak lagi sebagai negara pengimpor beras terbesar dengan pangsa produksi yaitu sebesar 38,138 juta ton GKG (Gabah Kering Giling)/23,44 juta ton beras dengan tingkat produktivitas rata-rata 2,66 ton/ha.

Berdasarkan uraian Rigg (62-63) terdapat dua isu kritik terhadap pelaksanaan Revolusi Hijau, yaitu isu yang berkaitan dengan kerusakan ekologi dan isu yang berkaitan dengan adanya kesenjangan antara petani kaya dan petani miskin dalam penguasaan teknologi, termasuk hasil produksi dan pendapatannya. Berdasarkan pada pendapat Rigg tersebut, maka dampak negatif Revolusi Hijau dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
Dampak Negatif Terhadap Kondisi Sosial-Ekonomi
Kehidupan petani menjadi terombang-ambing dan tidak berdaya karena fluktuasi-fluktuasi harga 
pasar, terutama harga hasil panen dan saprodi. 
Dampak Terhadap Kondisi Ekologis
Penggunaan bibit unggul, pupuk obat-obatan kimia secara over dosis akan menyebabkan adanya 
dampak negatif terhadap kondisi ekologis atau terjadinya kerawanan ekologis.

 Pada sistem pertanian modern juga cenderung mempraktekkan pola monokultur. Di satu sisi praktek tersebut meningkatkan produksi komoditas tertentu, akan tetapi di sisi komoditas alternatif yang sekitarnya dapat diproduksi menjadi nihil. Pertanian organic merupakan alternative kerena dianggap ekonomis , ekologis, dan lebih banyak memberikan nutrisi. Lebih ekonomis karena semakinj mahalnya sarana dan prasarana pertanian konvensional (seperti harga pupuk kimia, bibit unggul dan lainnya). Pertanian organic lebih menjaga ekologis karena tidak terdapat limbah unsure-unsur kimia yamg mencemari lingkungan. Pertanian organic juga lebih banyak mengandung nutrisi, karena berdasarkan hasil penelitian, makanan yang bersal dari tanaman yang dikelola secara alami ternyata lebih banyak mengandung nutrisi.


2.2.Pemanfaatan Sistem Informasi Geografi (SIG).

            Pemanfaat Sistem Informasi Geografi (SIG) pada era globalisasi sudah menggunakan data citra. Dengan melakukan identifikasi pada suatu lokasi dapat memperoleh data berupa variabel yang cocok yang digunakan dalam pertanian antara lain:
  • Jenis tanah
  • Curah hujan
  • Jenis batuan
  • Kemiringan lereng
  • Suhu udara
  • Kelembaban udara
  • Aliran air
  • pH tanah
  • Kesuburan tanah
  • Iklim
  • Tenaga kerja
  • Aksebilitas
  • Jaringan infrastruktur
  • Daerah pemasaran

Pada tiap variabel memiliki parameter yang berbeda-beda pada jenis tanaman pertanian, contoh taman magrove hanya bisa ditanami pada daerah pantai sementara teh hanya bisa ditanami pada daerah pegunungan. Dari dua contoh taman jelas berbeda parameter dalam variabel penanamannya. Hal ini disebabkan oleh perbedaan karakteristik jenis tanaman,  jenis tanah, topografi, ph tanah, suhu udara dan curah hujan.

Peran serta SIG dalam pertanian adalah analisa kesesuaian lahan untuk tanaman pertanian.  Perolehan kesesuaian lahan dari hasil analisis overlay pada data citra tiap parameter dari variabel yang telah tersedia. Alur pemanfaatan Sistem Informasi Geografi yaitu:
1.      Satuan Bentuk Lahan Mayor terdiri beberapa bentuk lahan kemudian disederhanakan dengan proses seperti di gambar 1.

Gambar 1. Tahap awal

2.      Setelah penyerderhanaan terhadap Satuan Bentuk Lahan Mayor menjadi Terapan Pertanian dan Terapan Non Pertanian. Langkah berikutnya terlihat pada gambar 2.

 
Gamba 2. Tahap Proses

3.      Dari hasil Analisis Potensi Wilayah dapat ditemukan klasifikasi Kemampuan Lahan yang dapat diolah sesuai Potensi Dan Kesesuaian Lahan yang dilihat dari gambar 3.

Gambar 3. Tahap Akhir

            Setelah hasil overlay dan survey lapangan dilakukan maka didapatkan suatu lokasi yang cocok untuk dikembangkannya industri pertanian modern. Baik dari segi keuntungan dan kerugian dapat kemukakan sehingga bisa mengembangkan bisnis pertanian dengan modal yang secukupnya dan meminimalisasi resiko yang akan ditanggung oleh petani. Pertanian modern yang ramah lingkungan dan bersifat organik kini sedang dikembangkan.

Gambar 4. Pertanian yang dikembangkan


Gambar 5. Pertanian Organik

            Pertanian Organik maupun Hidroponik sekarang mulai banyak peminat karena bebas dari bahan kimia yang diperoleh dari peptisida, pupuk Urea dan bahan kimia lainnya. Pemakaian bahan-bahan tersebut dapat menghilngkan unsur hara alami tanah sehingga tanah menjadi tandus.


BAB III
KESIMPULAN


            Dari hasil pemaparan pada Bab I dan Bab II dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggabungkan antara Ilmu pertanian, Ilmu geografi dan SIG maka akan memperoleh informasi berupa:

  1.  Dapat mengetahui Klasifikasi Kelas Kemampuan Lahan yang menjadi dasar pengembangan Pertanian Modern di Indonesia dengan menggunakan Aplikasi SIG Untuk Tanaman Pertanian Varietas Bibit Unggul.
  2.  Dapat menentukan lokasi yang tepat untuk membudidayakan tanaman pertanian dengan varietas bibit unggula.
  3. Dapat  memaksimalkan modal yang ada untuk mengembangkan industri pangan pertanian modern.
  4. Dapat meminimalisasi resiko yang timbul jika mengalami masalah dalam pengembangan pada suatu lokasi / lahan pertanian.